Aksi Nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

 


Aksi Nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran, Menggunakan Model Refleksi 4F.

1. Facts (Fakta)

-     Latar Belakang

Pandemi covid 19 masih belum menunjukkan tanda-tanda berhenti sehingga memaksa pemerintah untuk memperpanjang kebijakan Belajar dari Rumah (BDR) sampai akhir tahun 2021 sehingga sekolah harus menyiapkan strategi pembelajaran yang mendukung Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Setelah menyusun strategi dan rencana pembelajaran yang akan digunakan pada PJJ ini, langkah selanjutnya adalah melaksanakan pembelajaran jarak jauh atau yang kita sebut Daring.

Dalam melaksanakan pembelajaran daring, tentunya mengalami banyak kendala dan problematikanya. Mulai dari siswa yang kurang aktif sampai pada masalah jaringan yang kurang stabil dan yang lebih kompleks adalah siswa tidak mempunyai pakat data untuk melaksanakan pembelajaran daring.

Terkait pembelajaran daring yang dilaksanakan selama pandemi ini, sekolah kami menerapkan program monitoring dan evaluasi hasil pembelajaran daring setiap bulannya dalam rapat dewan guru. Monev dimaksudkan untuk mengidentifikasi permasalahan yang timbul serta menemukan solusi yang tepat dari permasalahan yang ada.

Dalam suatu kelas terdapat siswa yang kurang disiplin terhadap peraturan yang ditentukan oleh sekolah, Diantara nya sering tidak aktif dalam pembelajaran daring, maupun tidak pernah menegrjakan tugas, yang menyebabkan siswa tersebut terhitung ALPA. Toleransi untuk ketidakhadiran Alpa adalah sebanyak 4 kali Alpa dengan tahapan sebagai berikut :

·     Jika Alpa 4 kali maka siswa akan diberikan pengarahan dan motivasi oleh wali kelas,

·     Jika sudah 5-6 kali maka siswa akan dibina kembali oleh wali kelas untuk mengetahui alasan kenapa siswa melakukan kesalahan yang sama dan selanjutnya menginformasikan ke orangtua.

Jika mengulang Alpa kembali sampai lebih dari 6 kali, selanjutnya siswa akan dilakukan kunjungan ke rumah (Home Visite) dan berikan sanksi berupa surat peringatan tanpa materai yang diketahui oleh wali kelas, guru BK, dan kesiswaan.

Saya adalah wali kelas X di SMA Negeri 1 Boliyohuto. Dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang. Dari hasil Monev dalam Rapat Dewan Guru, saya mendapatkan informasi bahwa dari 30 orang siswa yang berada di perwalian saya, terdapat beberapa siswa yang kurang aktif (tidak mengerjakan tugas) dan ada 4 orang siswa yang memang tidak aktif (Alpa lebih dari 6 kali).

Maka secara prosedure, saya selaku wali kelas harus melakukam Home Visite ke rumah siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran daring. 

Proses Coaching diperlukan dalam mengatasi masalah ini. Menyingkapi masalah ini, maka saya selaku wali kelas bekerjasama dengan guru BK harus melakukan Home Visite ke rumah siswa yang bersangkutan untuk identifikasi dan mencari solusi yang tepat.

Jika ternyata siswa mengulang kembali sehingga Alpa menjadi lebih dari 6 kali maka siswa dan orangtua dipanggil ke sekolah untuk berdiskusi dan mencari solusi agar siswa bisa disiplin dan siswa diberikan saksi berupa surat peringatan berupa perjanjian. Hal ini diharapkan menjadikan siswa menjadi lebih serius untuk bisa disiplin dalam belajar, Jika ternyata mengulang kembali sehingga Alpanya menjadi 10 kali, maka siswa tersebut diberikan sanski berupa berita acara untuk bersedia dipindahkan sekolah apabila belum bisa melakukan perubahan terhadap dirinya. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, peraturan tersebut tidaklah semutlak itu, setiap kali melakukan tindakan maka akan diterapkan identifikasi masalah terhadap siswa yang bermasalah untuk menggali informasi yang benar.

-     Alasan melakukan Aksi Nyata

Alasan melakukan Aksi nyata tersebut adalah karena adanya kasus dimana Alpanya sudah mencapai 6 kali atau lebih, setelah dilakukan proses coaching selama 3 kali, pada akhirnya siswa tersebut tetap tidak melakukan perubahan, dan memilih pindah sekolah lain/ditarik orang tua dari sekolah.

             -    Hasil Aksi Nyata

Hasil Aksi nyata yang dilakukan adalah dokumentasi dari rapat dewan guru terkait monitoring dan evaluasi pembelajaran daring, konsultasi dengan Kepala Sekolah, Home Visite dan Proses Coaching dengan siswa, penanda tanganan surat perjanjian oleh siswa serta pembuatan surat pernyataan oleh orang tua yang menyatakan siswa ditarik dari sekolah.

1.  2. Feelings

Setelah adanya hasil rapat kemarin, saya segera menyusun jadwal untuk melakukan home visite ke rumah siswa yang memiliki masalah Alpa lebih dari 10 hari. Berbagai tanya yang muncul dalam benak saya, terselip pula rasa kecewa karena selama ini saya sudah berusaha untuk memediasi segala komunikasi antara siswa perwalian saya dengan guru-guru mapel yang ada di kelas. 

Saya merasa mengalami situasi Dilema Etika terhadap masalah siswa tersebut. Disatu sisi, jika mengacu pada peraturan sekolah maka siswa tersebut sudah tidak bisa mengikuti proses pembelajaran di sekolah. Namun disisi lain masa depan anak sangat penting, sehingga berbagai kebijakan alternatif bisa diperlukan sesuai dengan kesepakatan dalam rapat Dewan Guru  dengan pertimbangan kemanusiaan.

Setelah melakukan Home Visite dan Proses Coaching, saya merasa lebih tenang karena telah berhasil mengidentifikasi maupun melakukan analisis masalah yang tepat untuk kebaikan bersama antara sekolah dan siswa. Paradigma yang digunakan adalah paradigma jangka pendek melawan jangka panjang. Dimana hasil dari saat ini akan terlihat di masa yang akan datang.

1.  3. Findings

Pembelajaran yang didapatkan dari pelaksanaan aksi nyata adalah menjadi lebih tenang saat menghadapi permasalahan yang muncul dalam bentuk Dilema Etika, yang membuat kita kesulitan mengambil keputusan yang tepat karena ada dua sisi yang harus diperhitungkan dan dipertimbangan dengan matang. Melalui Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran saya merasa mendapatkan bekal untuk dipakai dalam mengatasi masalah yang saya hadapi ke depannya.

Pembelajaran dari KEGAGALAN  : Setiap siswa memiliki masalahnya masing-masing, hanya kadarnya saja yang berbeda. Teknik dalam memecahkan masalahnya pun tidak bisa disamakan mengingat penyebabnya juga bervariasi. Proses Coaching masih relefan untuk digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah yang kreatif.

Pembelajaran dari KEBERHASILAN  :  mampu menjadikan siswa untuk melakukan refleksi diri. Mengambil keputusan dengan mmpertimbangkan beberapa aspek.

4. 4. Future

        Penerapan Kedepan :

  •         Saya berharap kedepannya akan meningkatkan :
  •         Rencana perbaikan untuk pelaksanaan di masa mendatang. 
  •         Rencana perbaikan dalam bentuk pembelajaran tatap muka.
  •         Bentuk Coaching dalam menyelesaikan masalah.
  •         Sosialisasi secara intens mengenai peraturan sekolah, agar siswa paham dan tidak melanggar aturan.
  •         Rencana Tindak Lanjut aplikasi penerapan dari ilmu yang saya pelajari dari Modul ini, 4 Paradigma, 3 Prinsip, 9 langkah pengujian keputusan semoga bisa terapkan dalam kegiatan saya sehari-hari baik dalam kehidupan di rumah maupun dalam pekerjaan saya di sekolah.

Demikian Aksi Nyata Modul 3.1 Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran. Semoga bermanfaat.
Salam Guru Penggerak..

Sekian dan Terima Kasih
_Liezna Nasaru_
CGP Angkatan 2, Kab. Gorontalo

Related

newsticker 4250179770862150077

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Me !

Blogger news

Trending

item