Motivasi Berprestasi dari Abah Dede Suryana

Oleh : Liezna Nasaru

Senin 22 Februari 2021, bertepatan dengan hari ulang tahun suami tercinta dan nanti akan ada acara kecil di rumah, sekedar kumpul-kumpul bersama kerabat dan beberapa teman. Seperti biasa malam ini juga adalah jadwal kelas belajar menulis Omjay yang memasuki malam ke 14 buat saya. Tak sabar menunggu materi yang akan disampaikan oleh narasumber hebat pada kelas belajar menulis malam ini. Sudah tertanam dalam ingatan meski belum ada flyer, namun jiwa ini seakan telah menantikan malam-malam penuh kejutan seperti biasanya. 

Tapi, malam ini saya dilanda kebiingungan harus bagaimana? apakah harus melewatkan malam ini dan menyelesaikan acara di rumah dulu? Akhirnya, setelah dipikirkan matang-matang (untung tidak sampai gosong) saya tetap mengikuti acara di rumah sambil terus menyimak materi yang disampaikan oleh narasumber malam ini. Jadi tidak ada yang dikorbankan 😊 

Seperti yang tampak di flyer bahwa malam ini menghadirkan narasumber hebat yang sangat menginspirasi yaitu Pak Dede Suryana, S.Pd, MM yang mengangkat tema "Motivasi Berprestasi" dengan didampingi moderator andalan kelas belajar menulis Omjay yang juga jebolan kelas belajar menulis gelombang 8, Bu Aam Nurhasanah. Berikut CV dari Pak Dede atau yang lebih akrab disapa dengan Abah.


Sebelum memulai jalannya kuliah malam ini, Bu Aam sedikit bercerita tentang Abah. Pak dede atau Abah adalah seorang Guru Hebat yang sangat mengispirasi. Semangat Abah patut diteladani. Bagaimana tidak, meskipun sejak tahun 1987 mengabdikan dirinya sebagai seorang Guru Honorer, namun prestasi yang ditorehkan Abah tidak bisa dipandang sebelah mata. Abah adalah Guru Berprestasi yang sudah meraih beberapa prestasi yang gemilang. Bisa diintip pada CV Abah yang sudah saya sematkan di atas.

Mengawali pemaparan malam ini, Abah mengungkapkan harapannya, "Semoga selama beberapa jam ke depan sahabat Guru hebat bisa menyimak dan akan ada Abah-Abah berikutnya di tahun yang akan datang". Abah seakan bisa menebak isi pikiran peserta kelas belajar menulis gelombang 17, benarkah Abah adalah seorang Guru Honorer? Sedikit becanda, Abah menjawab pertanyaannya sendiri, "itu Benul alias benar dan betul, hehehe". 

Mungkin saja orang akan heran, kenapa Abah bisa "betah" mengabdikan diri selama 34 tahun. Luar biasa sekali jawaban Abah untuk pertanyaan ini. "Itu Karena Abah sangat mencintai profesi ini sepenuh hati terlepas plus minus menjadi seorang Guru Honorer". Sungguh bijaksana menurut saya, dimana saat ini orang belomba-lomba untuk bisa masuk ke barisan "Korpri" namun tidak demikian bagi Abah. Pernyataan Abah yang terbilang sederhana membuat saya terharu. Lebih dari seperuh hidup Abah, didedikasikan di dunia pendidikan dan itu dilakukan dengan sepenuh hati. 


Abah kemudian melanjutkan paparannya, bahwa di luar sana ada banyak profesi. Semua profesi adalah baik, namun profesi sebagai seorang guru adalah MULIA. Menurut Abah, apapun profesi yang sekarang ada di dunia ini tidak akan ada tanpa kehadiran seorang Guru. Ya, Abah benar ! Kembali saya teringat dengan kutipan ini.

"Guru bukan orang HEBAT, namun karena Guru orang bisa HEBAT".  

Maka sebagai seorang guru, sepatutnya kita bangga akan profesi kita saat ini. Bersyukur sudah menjadi Guru, baik yang Honorer maupun yang sudah ASN. Beryukur akan nikmat yang telah diberikan dan jadilah Guru yang baik sebagai pelayan buat peserta didik, karena guru adalah fasilitator bagi peserta didik apalagi di masa pandemi ini, Abah menambahkan penjelasannya.

Tidak bermaksud untuk pamer akan prestasi yang telah diraih, Abah kemudian memohon maaf. Bahwa apa yang sudah Abah paparkan di atas bukan bermaksud untuk menggurui atau ingin pamer dengan segala prestasi yang sudah diraih Abah. Namun lebih kepada untuk berbagi semangat dan inspirasi. Menurut Abah, apa yang telah diraih oleh Abah saat ini adalah "Bonus" dari Allah, karena telah berkiprah dalam dunia pendidikan dengan tulus dan sepenuh hati. Segala sesuatu sudah diatur oleh Allah, termasuk dengan pertemuan malam ini yang menurut Abah adalah pertemuan misterius setelah kiprah beliau bergelut dalam dunia pendidikan. Satu kalimat bijak dari Abah yang menjadi motivasi malam ini adalah :

"Dalam Hidup akan dipertemukan dengan pertemuan misterius, setelah orang lain mengakui kemampuan dan keunggulan diri kita makan akan memicu sirkuit yang luar biasa".  

Ciri orang yang berfikir adalah bertanya. Istilah inilah yang selalu dipegang oleh Abah. Itulah kenapa Abah selalu mencatat apa yang harus dikerjakan dan mengerjakan apa yang sudah dicatat. Dengan kata lain, jika ada tugas maka akan langsung kerjakanlah, ada ide maka akan dituliskan. Nanti akan timbul permasalahan dan kesulitan. Untuk mengatasi dan mencari solusi, maka yang Abah lakukan adalah bertanya.
    

Bu Aam selaku moderator malam ini, membuka sesi tanya jawab. Pertanyaan yang diajukan oleh Pak Miftah dari Demak, seakan kembali mengusik bathin saya. Iya, siapapun yang akan membaca CV Abah pasti akan terdiam seakan tak percaya, selama 34 tahun mengabdikan diri sebagai Honorer. Apakah tidak ada rasa jenuh melihat teman-teman yang lain yang sudah berhasil menjadi PNS. Bagaimana Abah bisa menyakinkan diri dan hati dengan keadaan seperti itu. Namun lagi-lagi jawaban Abah sungguh sangat menggetarkan hati. 

Bagi Abah, Setiap manusia pasti ada kemauan. Itu sifat lahiriah manusia. Tapi bukan itu tujuan utama Abah. Hidup sebagai seorang PNS ataupun Honorer, semuanya telah digariskan oleh Allah. Dimana Abah juga sempat mengalami "pesimis" bahwa dengan usia yang tidak lagi muda, tidak akan berkesempatan untuk bisa menjadi PNS atau sejenisnya. Namun, takdir berkata lain. Allah punya rencana yang lebih baik dari pada rencana manusia. Qadarullah, dengan kuasa-Nya, Allah mengutus dan mengetuk para pengambil kebijakan untuk mengadakan seleksi PPPK (P3K) dan mungkin ini jawaban dari doa-doa Abah yang dengan sepenuh hati menjalankan profesi sebagai Guru Honorer. Abah sangat mencintai profesi ini sehingga Abah sedikitpun tidak merasa jenuh. Saya kembali teringat satu kalimat motivasi dari Prof. Eko yang berbunyi :

"Jika Anda melakukan hal-hal yang Anda sukai, maka Anda tidak akan pernah merasa bekerja sedetikpun"

Satu hal lagi yang kembali membuat dada saya sesak, seakan diri ini merasa tersindir dan malu dengan pernyataan-pernyataan Abah. Hal yang membuat Abah bertahan untuk terus mengajar adalah karena "Panggilan Hati". Abah yang sejak dulu bercita-cita ingin jadi Guru, namun cita-cita itu hampir pupus takkala tahun 1981 selepas SMA Abah harus menghadapi kenyataan bahwa ditinggal oleh sang Ayah, sehingga membuat Abah tidak bisa melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. 

Enam tahun kemudian tepatnya tahun 1987 Abah mendapat tawaran dari Guru Abah yang mengetahui kompetensi Abah, dan membawa Abah untuk bergabung mengajar di SMP. Selama 20 tahun Abah mengabdikan diri mengajar dengan ijazah SMA. Sampai suatu saat Allah menunjukkan kuasa_Nya, berkat kesabaran dan ketulusan Abah juga dukungan serta doa keluarga, tahun 2010 Abah berhasil lolos seleksi Beasiswa S1 di UPI Bandung. 

Alhamdulillah tahun 2014 Abah berhasil menyelesaikan pendidikan S1 meskipun harus melalui perjuangan berat. Bagaimana tidak di usia 40 tahun dengan kondisi yang sudah berkeluarga harus berbagi dengan kebutuhan dapur dan lainnya, masih harus memikirkan kuliah S1 yang meskipun saat itu dengan biaya dari Pemerintah. Bahkan yang lebih membanggakan, Abah bisa menyelesaikan pendidikan sampai S2 tahun 2018 di usia yang sudah mencapai setengah Abad. Sungguh luar biasa. Hal yang tidak bisa dilakukan oleh orang biasa. Hanya orang yang punya komitmen dan konsisten dengan tujuan yang akan sampai pada tahap seperti Abah ini. 

Sebelum mengakiri pemaparan malam ini, Abah memberikan clossing statement sebagai motivasi bagi guru di seluruh Indonesia dan terkhusus bagi peserta gelombang 17.

"Saudaraku, jangan pernah lelah belajar dan mencari ilmu karena akan lebih lelah dan tersiksa apabila dikemudian hari kita tidak memiliki ilmu. Jangan pernah memaksa karena mereka akan melawan, dan jangan pernah mengancam, karena mereka akan melawan. Lantas apa yang harus kita berikan kepada siswa kita? Sederhana jawabannya, berikan mereka CINTA niscaya mereka akan segalanya. Cintai profesi kita, insyaAllah nanti akan datang takdir baik yang misterius".



Malam ini ada banyak yang dipaparkan oleh Abah, dan semuanya menginggalkan kesan yang mendalam. Sejenak bathin ini bertanya, apakah saya sudah mencintai pekerjaan saya dan mengabdikan diri dengan tulus? Sanggupkan saya mengikuti jejak seperti yang sudah dilakukan Abah. Selalu tulus dan tak kenal lelah untuk terus belajar. 

Satu hal yang paling menginspirasi dari Abah, bahwa usia yang tak lagi muda bukan berarti menghalangi kita untuk tidak berkarya dan menuai prestasi. 😔

Semoga bisa menjadi Abah-Abah berikutnya di kemudian hari dengan prestasi yang gemilang dan tentunya dengan rasa penuh tanggung jawab karena adanya "Panggilan Hati". Sehat selalu Abah. Aamiin..

Sekian dan Terima Kasih
Salam Literasi


Related

newsticker 4755747182600600120

Posting Komentar

  1. Lengkap resume nya bu...mantap

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bu Hanifah.
      terseok-seok menyelesaikan resume untuk materi Abah.
      Sesak tiap kali baca paparan materinya..
      Terharu..

      Hapus
  2. Bu Liezna, menuliskan resume dengan baik. Saya tiap baca tulisan tentang Abah terharu.
    ngomong-ngomong, kita sama di pertemuan ke 14. semoga kita bisa mewujudkan buku kita ya Bu Lisna

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Bu Pipit..
      Kita sama Bu, memasuki malam ke 14.
      Aamiin Bu Pipit. Semoga bisa sekali mendayung 2-3 pulau terlampaui :)

      Saya juga baca tulisan tentang Abah terharu. Semoga Abah sehat selalu. Aamiin.

      Hapus

emo-but-icon

Follow Me !

Blogger news

Trending

item